Masih Rendah, Market Share Perbankan Syariah Baru 7%
Aset perbankan syariah capai Rp786 triliun.
Jakarta, FORTUNE - Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mencatat market share perbankan syariah dalam negeri saat ini masih cukup rendah hanya 7 persen.
Ketua Umum Asbisindo Hery Gunardi menganggap kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh Asbisindo. Meski demikian, dirinya menyebut perbankan syariah memiliki ceruk pasar tersendiri sehingga masih memiliki kesempatan luas untuk bertumbuh dan bersaing dengan perbankan lainnya dari sisi market share.
“Tantangan kita [perbankan syariah] sekarang adalah harus merapikan bisnis model kita," ujar Hery melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Senin (29/5).
Aset perbankan syariah capai Rp786 triliun
Di saat yang sama, fungsi intermediasi perbankan syariah juga berjalan cukup optimap. Per Januari 2023, penyaluran pembiayaan syariah tumbuh 20,70 persen (yoy) menjadi Rp503 triliun atau hampir dua kali lipat dari persentase pertumbuhan perbankan nasional.
Sedangkan untuk dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh 12,14 persen (yoy) menjadi Rp616 triliun. Adapun dari sisi aset, perbankan syariah membukukan pertumbuhan aset sebesar 15,84 persen (yoy) menjadi Rp786 triliun.
Ia menambahkan, sejak tahun 2022 hingga saat ini kondisi ketahanan perbankan syariah semakin solid. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) Bank Umum Syariah (BUS) yang mencapai 26,28 persen.
BSI yakin 21% masyarakat loyal terhadap bank syariah
Berdasarkan survei yang dilakukan BSI, dari 100 persen preferensi masyarakat terhadap perbankan syariah, sekitar 21 persen termasuk kaum universalis. Kelompok tersebut dinilai loyal punya rekening di perbankan syariah tidak peduli apapun yang terjadi rekening tetap di perbankan syariah.
Kemudian 23 persen hingga 25 persen masuk kategori kaum konformis, yang akan punya rekening di perbankan syariah sepanjang bank syariah itu bisa memberikan benefit yang sama dengan bank lain, dan memiliki pricing yang bersaing.
Dia melanjutkan, salah satu keuntungan dari perbankan syariah yakni adanya tabungan wadiah. Produk tabungan wadiah dapat memberikan keuntungan berupa nihilnya biaya, sehingga dapat menekan cost of fund bank syariah. Dengan cost of fund yang rendah, bank pun dapat menyalurkan pembiayaan yang kompetitif.
BSI sejak merger sampai saat ini mencatatkan penurunan cost of fund yang cukup signifikan. Pada saat merger, BSI mencatatkan cost of fund 3,4 persen dan terus turun sampai di angka 1,6 persen.
"Ada keuntungan di bank syariah yaitu tabungan wadiah. Di BSI sekarang ini lebih dari Rp 40 Triliun tabungan wadiah, nah ini zero cost of fund. Ini seperti harta karun yang enggak kelihatan gitu. Pembiayaan juga sama karena dasarnya adalah, dengan funding atau cost of fund yang rendah tadi, bisa komplit,” kata Hery.
Hery menyebut saat ini pembiayaan Griya di BSI, khususnya pembiayaan rumah, sangat diminati oleh masyarakat. Ini tidak lepas dari kemampuan BSI dalam memberikan layanan, service, dan pricing yang lebih kompetitif dibandingkan bank lainnya.