Mengenal Arti Pusat Data Hyperscale

Semakin dibutuhkan di tengah perkembangan inovasi teknologi.

Mengenal Arti Pusat Data Hyperscale
Shutterstock/Gorodenkoff
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perkembangan teknologi meningkatkan kebutuhan sarana penyimpanan data yang besar, sehingga kemampuan dan kapasitas Pusat Data pun menjadi perhatian utama. Teknologi pusat data pun kerap jadi fokus perusahaan-perusahaan pengembang, seperti salah satu konsep yang banyak dikenal belakangan ini adalah pusat data Hyperscale.

Mengutip IBM, pusat data hyperscale adalah infrastruktur besar yang dirancang untuk menangani beban kerja berskala besar dengan efisiensi tinggi. Kemampuannya yang luar biasa dalam hal skalabilitas membuatnya sangat cocok untuk kebutuhan penyimpanan, pemrosesan data, dan berbagai aplikasi canggih seperti teknologi AI (Artificial Intelligence) dan analitik big data.

Permintaan yang terus meningkat terhadap penyimpanan data mendorong banyak perusahaan global menggunakan pusat data hyperscale untuk mendukung operasi mereka.

Secara umum, pusat data sendiri dibedakan berdasarkan ukuran daya yang digunakan. Berikut ini adalah pembagiannya:

  1. Pusat data mikro
    Pusat data terkecil yang diakui, umumnya digunakan oleh satu perusahaan atau untuk kantor jarak jauh. Pusat data mikro biasanya memiliki kapasitas 10 rak server atau kurang, dengan total kapasitas sekitar 140 server. Pusat data mikro biasanya menempati ruang kurang dari 5.000 kaki persegi. Kebutuhan energi yang diperlukan biasanya di bawah 100-150 kW.
  2. Pusat data kecil: Pusat data kecil biasanya membutuhkan ruang antara 5.000-20.000 kaki persegi dan dapat menampung 500 hingga 2.000 server. Adapun kebutuhan energi jenis ini mencapai 1-5 MW.
  3. Pusat data rata-rata
    Rata-rata pusat data di lokasi biasanya memiliki antara 2.000 hingga 5.000 server. Demikian juga, luas perseginya dapat bervariasi mulai antara 20.000 kaki persegi dan 100.000 kaki persegi. Kebutuhan energi jenis ini biasanya mencapai sekitar 100 MW.
  4. Pusat data hyperscale
    Biasanya, untuk dapat dianggap sebagai pusat data hyperscale yang sebenarnya, fasilitas tersebut harus memiliki setidaknya 5.000 server dan menempati setidaknya 10.000 kaki persegi ruang fisik. Untuk jenis ini, kebutuhan energi yang diperlukan mencapai lebih dari 100 MW.

Kerancuan istilah

Ilustrasi data center (Bisnis Sumatra)

Istilah hyperscale dalam bisnis pusat data sering sekali disalahartikan menyerupai hyperscaler. Penggunaan istilah ini kadang menimbulkan kebingungan, tetapi penting untuk membedakan keduanya.

Pusat data hyperscale adalah fasilitas fisik, sedangkan hyperscaler adalah perusahaan penyedia layanan komputasi berskala besar, seperti Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, atau Google Cloud.

Sementara itu, perusahaan pusat data hyperscale di tingkat berikutnya, antara lain Alibaba Cloud, Apple, IBM Cloud, Meta Platforms, sampai Oracle Cloud Infrastructure (OCI).

Sejarah

Ilustrasi pusat data. (Shutterstock/Gorodenkoff)

Menurut IBM, sejarah pusat data hyperscale sudah dimulai pada 2006 dengan peluncuran pusat data Google di The Dalles, Oregon. Fasilitas seluas 1,3 juta kaki persegi ini merupakan tonggak dalam perkembangan pusat data modern, dengan 200 operator pusat data.

Saat ini, pusat data terbesar di dunia dioperasikan oleh China Telecom di Mongolia Dalam dengan luas sekitar 10,7 juta kaki persegi. Tidak mengherankan jika pusat data hyperscale yang sangat besar ini–menghabiskan biaya pembangunan sebesar US$3 miliar–dilengkapi dengan semua yang dibutuhkan secara fungsional dan bahkan memiliki fasilitas tempat tinggal bagi operator pusat data hyperscale yang bekerja di sana.

Pusat data sendiri telah digunakan sejak tahun 1940-an, ketika satu komputer raksasa memenuhi seluruh ruang departemen. Ketika ukuran komputer menjadi lebih ringkas seiring waktu, ruang fisik on premises yang dialokasikan juga berubah.

Kemudian, pada 1990-an, ledakan pertama komputer mikro terlihat, mengurangi jumlah ukuran yang dibutuhkan untuk operasi TI secara radikal. Tidak lama kemudian istilahnya berubah menjadi ‘ruang server’ dan bukan lagi ‘pusat data’.

Sistem kerja

Ilustrasi sebuah pusat data. (Shutterstock/Gorodenkoff)

Prinsip utama pusat data hyperscale adalah virtualisasi, yaitu pembagian sumber daya perangkat keras menjadi beberapa mesin virtual yang memungkinkan komputasi awan.

Bila dibandingkan dengan pusat data tradisional, pusat data hyperscale jauh lebih besar, biasanya terdiri dari ribuan server yang memerlukan ruang fisik yang sangat luas, bahkan mencapai jutaan kaki persegi. Selain itu, redundansi menjadi komponen kunci dalam pusat data hyperscale, untuk menjaga keandalan dan operasional tanpa gangguan.

Membangun pusat data hyperscale bukan keputusan yang sederhana. Organisasi harus mempertimbangkan apakah akan membangun pusat data mereka sendiri atau menyewa di pusat data kolokasi.

Membangun pusat data dari nol membutuhkan investasi besar, namun menawarkan kendali penuh atas desain dan operasional. Di sisi lain, menyewa ruang di pusat data kolokasi lebih hemat biaya, tetapi memberikan keterbatasan dalam hal kustomisasi.

Demikianlah beberapa hal yang perlu diketahui tentang pusat data hyperscale yang saat ini makin dibutuhkan oleh industri teknologi yang makin dipenuhi banyak inovasi baru, seperti teknologi AI, IoT, Machine Learning dan berbagai hal lainnya.

Related Topics

Pusat DataHyperscale

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

IDN Channels

Most Popular

12 Tahun Dijual, Rumah Mewah Michael Jordan di Chicago Akhirnya Laku
Isak Tangis Sri Mulyani di Banggar DPR Usai Sepakati RUU APBN 2025
OnlyFans Cetak Rekor Pendapatan, Capai US$6,6 Miliar di 2023
Perbedaan Istana Garuda dan Istana Negara IKN, Jangan Keliru
Alibaba Pertahankan Kepemilikan 88 Miliar Saham GoTo hingga 5 Tahun
Bunga Acuan Turun, BI Proyeksikan Kredit Bank Tumbuh 12%