TECH

IBM Perkuat Rambu-Rambu Pengembangan Teknologi AI Bertanggungjawab

Teknologi AI memberi manfaat dan risiko secara bersamaan.

IBM Perkuat Rambu-Rambu Pengembangan Teknologi AI BertanggungjawabTeknologi AI. (dok. IBM)
21 March 2024

Jakarta, FORTUNE – Pemanfaatan Teknologi AI (Artificial Intelligence) yang kian pesat di kalangan masyarakat, bisnis, maupun pemerintahan, mendorong perusahaan teknologi global IBM memantapkan rambu-rambu dalam pengembangan teknologi AI yang bertanggungjawab.

Menurut Vice President, Chief Privacy & Trust Officer, IBM, Christina Montgomery, perangkat regulasi ini sangat penting dimiliki oleh sebuah negara atau perusahaan yang mengimplementasikan teknologi AI untuk menyeimbangkan antara manfaat dan risiko teknologi AI, agar pemanfaatannya bisa lebih maksimal.

“Sekarang saatnya untuk fokus pada keamanan dan tata kelola AI karena AI yang dihasilkan telah menimbulkan risiko baru dan memperkuat risiko yang sudah ada terkait dengan AI. Pada saat yang sama, sangat jelas bahwa AI akan memberikan manfaat yang signifikan,” ujarnya dalam Media Rountable IBM ASEAN, Selasa (19/3).

Menurutnya, pada satu sisi, teknologi AI memberikan banyak sekali manfaat bagi dunia bisnis dan masyarakat, seperti optimalisasi kinerja perusahaan, efisiensi waktu kerja, sampai dengan penghematan biaya.

Namun, risiko yang tak kalah besar juga bisa terjadi, seperti penyebaran disinformasi, pelanggaran hak cipta, kebocoran data pribadi, bahkan sampai eksploitasi manusia, dan dampak pada lingkungan.

Kebijakan teknologi AI di IBM

Vice President, Chief Privacy & Trust Officer, IBM, Christina Montgomery.
Vice President, Chief Privacy & Trust Officer, IBM, Christina Montgomery. (Dok. IBM)

Untuk itu, IBM meluncurkan sejumlah kebijakan dalam penggunaan teknologi AI di perusahaan, yang berdasar pada prinsip etika AI seperti kejelasan, keadilan, ketangguhan, transparansi, dan privasi. Adapun kebijakan teknologi AI di IBM, adalah:

  1. Mengatur risiko AI, bukan algoritma AI
    Montgomery mengatakan bahwa setiap penerapan AI bersifat unik. “Kami sangat yakin bahwa peraturan harus mempertimbangkan konteks penerapan AI dan harus memastikan bahwa penggunaan AI yang berisiko tinggi diatur dengan lebih ketat,” katanya.
  2. Menjadikan pembuat dan penerapan AI bertanggung jawab, dan tidak kebal terhadap tanggung jawab
    Menurutnya, perundang-undangan harus mempertimbangkan perbedaan peran pencipta dan pemnggunanya. “Serta meminta pertanggungjawaban mereka dalam konteks di mana mereka mengembangkan atau menerapkan AI,” kata Montgomery.
  3. Mendukung inovasi AI yang terbuka, bukan rezim lisensi AI
    Montgomery menyebutkan bahwa rezim lisensi AI akan menjadi pukulan serius terhadap inovasi terbuka dan berisiko menciptakan bentuk peraturan.

Situasi di Indonesia

Staf Ahli Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi.
Digital Policy Advisor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi. (dok. IBM)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.