Memahami Deepfake dan Bahayanya Bagi Masyarakat
Deepfake bisa kacaukan tatanan sosial dan keamanan negara.
Jakarta, FORTUNE – Pernahkah Anda menyaksikan video wawancara Presiden Barack Obama yang menjelek-jelekkan Donald Trump; atau mendengar suara Presiden Joko Widodo menyanyikan lagu Asmaralibrasi dari Soegi Bornean?
Itu semua merupakan sebagian kecil teknologi kecerdasan buatan (AI) yang kita kenal dengan istilah deepfake.
Mengutip Tech Target, deepfake bisa diartikan sebagai kecerdasan buatan yang digunakan untuk menghasilkan gambar, audio, hingga video palsu yang meyakinkan. Kata deepfake menggabungkan dua istilah: deep learning yang berarti pembelajaran mendalam dan fake merujuk pada sesuatu yang palsu. Jadi, deepfake merupakan produk video, gambar, atau audio palsu yang dibuat menggunakan teknologi pembelajaran mendalam dari AI.
Ini bisa membahayakan bila setiap kali diskriminator mengidentifikasi konten sebagai hal yang palsu secara akurat, maka ia dapat menghasilkan informasi yang sangat berharga mengenai perbaikan, yang berguna untuk menentukan deepfake selanjutnya. Dalam pembelajaran yang sudah cukup dalam, kecanggihan deepfake menyebabkan mata biasa sulit membedakan antara realita dan konten yang palsu.
Cara terbentuk
Dalam pembentukannya, deepfake terdiri dari dua algoritma AI yang bertentangan, yakni generator dan diskriminator.
Generator, adalah alat yang menciptakan konten multimedia, meminta diskriminator untuk menentukan apakah sebuah konten yang ditayangkan asli atau palsu. Pada saat keduanya bekerja bersamaan, terbentuk sesuatu yang disebut sebagai Generative Adversarial Network (GAN).
Mengutip verihubs.com, dalam membentuk deepfake GAN biasanya dikombinasikan dengan Deep Neural Networks (DNN), atau teknologi autoendcoders yang bisa ‘menukar’ wajah, dengan mengenali pola serta melakukan proses identifikasi dan replikasi dengan cara yang kompleks. Video atau gambar yang menjadi materi dasar ini tidak harus berkaitan, selama memiliki satu wajah orang yang sama yang menjadi ‘target’ dari proses peniruan yang dilakukan.
Sementara itu, GAN berfungsi untuk mendeteksi dan memperbaiki kekurangan dalam produk deepfake yang akan dibuat. GAN menjadi metode lanjutan yang populer untuk menyempurnakan deepfake yang mengandalkan studi data berjumlah besar, guna mempelajari cara mengembangkan citra dengan meniru hal yang nyata.
Bahaya deepfake
Di Indonesia, mungkin deepfake masih berkembang sebatas hiburan semata. Mulai dari aplikasi yang bisa mengubah wajah seseorang jadi lebih muda atau lebih tua, sampai pengaplikasian wajah dalam sebuah video klip artis terkenal, sehingga seolah Anda yang ada di dalam video tersebut. Semua masih untuk kepentingan hiburan.
Namun, hal ini bukan berarti bahaya deepfake tidak bisa meledak di tengah masyarakat yang literasi medianya masih sangat rendah. Seperti halnya, berita hoax yang sempat memecah belah publik saat pemilihan umum beberapa tahun silam, deepfake juga bisa melakukannya, bahkan dampaknya akan lebih parah. Berikut ini adalah beberapa contoh dampak negatif yang muncul akibat deepfake:
- Memicu perpecahan di masyarakat, bahkan di dunia internasional. Hal ini bisa terjadi ketika muncul video palsu yang menggunakan tokoh terkenal dan berpengaruh, dan memberikan opini yang radikal dan menyerang berbagai pihak. Ketika tidak lekas dikonfirmasi atau diketahui kebenarannya, hal ini bisa benar-benar membuat kekacauan masif.
- Risiko pencemaran nama baik berbagai pihak. Jelas, ketika terdapat video dengan menggunakan wajah atau persona seseorang dengan opini yang kontroversial, maka potensi masalah akan muncul. Bahkan pada skenario ekstrim, wajah dari seseorang dapat digunakan dan dimasukkan ke dalam video porno dan mencemarkan citra orang yang bersangkutan.
- Potensi masalah semakin besar saat dipadukan dengan upaya pembajakan akun milik orang-orang penting. Apalagi, ketika hal ini dipadukan dengan upaya pembajakan akun kepala negara misalnya, maka potensi masalahnya akan menjadi sangat besar, bahkan mengancam keamanan negara.
Cara identifikasi
Mengutip laman resmi MIT, berikut ini adalah beberapa cara untuk mengidentifikasi produk deepfake yang mungkin beredar di Tengah masyarakat.
- Perhatikan bagian wajah dan fokus di sana, karena manipulasi deepfake hampir selalu merupakan transformasi dari bentuk wajah.
- Perhatikan dengan seksama bentuk pipi dan dahi. Apakah kulit terlihat sangat halus atau terlalu keriput? Anda juga bisa membandingkan usia kulit dengan organ lain, seperti rambut maupun mata, bila ada ketidaksingkronan, ada kemungkinan itu adalah produk deepfake.
- Perhatikan bentuk mata dan alis, dan bayangan yang menyertainya. Deepfake sering gagal untuk memberikan efek alami sepenuhnya dari sebuah adegan. Salah satunya, suara yang keluar tidak serasi dengan mulut yang mengucapkannya.
- Bila obyek berkacamata, coba perhatikan bentuk kacamata dan cahaya yang memantul. Kita bisa memperhatikannya, bila tak wajar, ada kemungkinan itu deepfake.
- Perhatikan keaslian rambut di wajah (terutama area kumis dan janggut).
- Perhatikan tanda lahir, tahi lalat, atau ciri khas lainnya di sekitar wajah. Bila tampak tak nyata, bisa jadi itu adalah deepfake.
- Biasanya produk deepfake berkedip secara tak wajar, entah terlalu banyak atau tidak sama sekali.
- Ukuran organ seperti mata, bibir, dan lainnya seringkali tidak proporsional di produk deepfake.
Demikianlah, sekilas ulasan tentang deepfake, semoga menjadi sebuah pembelajaran bagi semua dan lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi.