Microsoft: Teknologi AI Fokus Pada Tanggung Jawab dan Dampak Sosial
Microsoft sudah siapkan antisipasi risiko dari teknologi AI.
Jakarta, FORTUNE – Microsoft Indonesia mempertegas komitmen perusahaan pada tanggung jawab dan dampak sosial pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
“Target kami adalah mendemokratisasi AI melalui Microsoft Cloud untuk membantu individu dan organisasi lebih produktif, serta memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat,” kata Country Lead – Azure GTM, Microsoft ASEAN, Fiki Setiyono, kepada Fortune Indonesia, Rabu (2/8).
Oleh sebab itu, dalam setiap pengembangan AI, di setiap lini perusahaan– mulai dari Microsoft 365, Teams, Outlook, Bing, Dynamics, Azure, dan lainnya– Microsoft melakukannya secara bertanggung jawab. “Pekerjaan kami dipandu oleh serangkaian prinsip utama responsible AI, seperti fairness; reliability and safety; privacy and security; inclusiveness; transparency; dan accountability,” ujarnya.
Selain itu, Microsoft juga fokus pada bagaimana produk yang dihasilkan bisa berdampak positif bagi para penggunanya, termasuk pemanfaatan AI yang optimal. Menuurtnya, Microsoft berinvestasi dalam program-program yang menyediakan teknologi, sumber daya, serta keahlian untuk memberdayakan setiap individu dan organisasi, dalam menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan, aman, serta accessible.
Masa transisi
Microsoft meyakini Indonesia sedang berada di masa transisi digital masif menuju pemanfaatan teknologi AI. Hal ini serupa dengan pergeseran masa di mana komputer mulai digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia, atau era munculnya internet, perangkat seluler, hingga cloud seperti sekarang ini.
Kehadiran AI bisa dilihat sebagai peluang besar bagi manusia maupun organisasi, dalam menghadapi kompleksitas persoalan sektor. “AI memiliki kemampuan untuk membawa kepuasan yang lebih besar bagi individu, meningkatkan produktivitas di berbagai jenis pekerjaan, dan membuat diferensiasi kompetitif bagi organisasi di berbagai sektor industri,” ujar Fiki.
Laporan Work Trend Index 2023 yang Microsoft rilis pada Mei 2023 menunjukkan sebanyak 75 persen karyawan mengatakan akan mendelegasikan sebanyak mungkin pekerjaan kepada AI, guna mengurangi beban kerjanya. Sedangkan 61 persen karyawan di Indonesia mengatakan saat ini tidak memiliki kapabilitas yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, dan AI pun jadi solusinya.
Antisipasi risiko
Meski menawarkan peluang luar biasa bagi peradaban manusia, Microsoft tak menampik bahwa teknologi AI bisa saja digunakan untuk tujuan negatif, seperti penipuan, bahkan pencurian dan mengacaukan keamanan.
“Kami percaya bahwa pelaku industri, akademisi, masyarakat, dan pemerintah perlu berkolaborasi dan belajar dari satu sama lain untuk dapat mengembangkan serta menggunakan AI secara bertanggung jawab,” ujarnya.
Beberapa hal yang jadi perhatian Microsoft dalam pengembangan AI bertanggung jawab, menurut Fiki, antara lain menjadikan tanggung jawab sebagai bagian utama dari rancangan desain AI; membentuk tim yang terdiri dari latar belakang, pengalaman, dan sudut pandang berbeda, supaya potensi risiko buruk bisa dimitigasi lebih awal; serta penegasan bahwa teknologi AI dikembangkan oleh manusia dan untuk manusia, jadi bukan untuk menggantikan keberadaan manusia.
“Dari sisi keamanan, kami menggunakan kemajuan AI kami untuk melindungi orang dan data dari ancaman siber. Microsoft memiliki breadth dan depth terbesar untuk threat signals–sekitar 65 triliun sinyal setiap harinya. Kemampuan AI yang dibangun ke dalam solusi Microsoft Security dilatih berdasarkan sinyal ancaman ini dan insights dari ribuan pakar keamanan,” ujar Fiki.