TikTok Ajak Pengguna Berpikir Kritis Hadapi Misinformasi dan Hoax
TikTok gaungkan semangat #SalingJaga di ranah daring.
Jakarta, FORTUNE – Berdasarkan laporan TikTok, Misinformasi–seperti ketidakakuratan, misleading, dan konten palsu–menjadi persoalan penting yang harus dihadapi oleh semua pihak dan pengguna lewat kebiasaan berpikir kritis.
Platform distribusi video singkat, TikTok, melaporkan sudah menghapus 25.899.297 video pada semester I 2024 disebabkan pelanggaran panduan komunitas dalam hal misinformasi.
“Kami harap wawasan ini dapat membantu semua pihak untuk tidak hanya memahami bahaya dari misinformasi, tetapi juga mendorong lahirnya kebiasaan berpikir kritis agar kita bisa lebih cermat dan terlindungi saat berinteraksi di ranah daring," ujar Communications Director TikTok, Anggini Setiawan, dalam diskusi bersama media, Kamis (7/11).
Di tengah era digital dan arus informasi datang begitu deras, berpikir kritisan berpikir dibutuhkan untuk menyaring setiap informasi yang diterima. “Kita semua (pengguna dan TikTok) punya tanggung jawab, baik untuk menjaga diri sendiri maupun orang lain,” kata Anggini.
Misalmya, periode Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia, TikTok sudah menghapus 17.195 video yang melanggar kebijakan misinformasi, 38.002 video yang melanggar kebijakan sipil dan integritas pemilu, dan 3.359 video yang melanggar kebijakan media sintetis dan media yang dimanipulasi. Jumlah ini belum termasuk dengan jutaan komentar dan akun palsu yang dihapus karena dianggap melanggar ketentuan komunitas TikTok.
“Dalam melakukan moderasi (konten), kami menggunakan mesin dan manusia, karena ada konten-konten yang sifatnya tidak hitam atau putih, dan perlu diperhatikan,” ujar Anggini. “TikTok berani membuat aturan dan penegakan, artinya kami juga harus siap untuk transparansi, dalam bentuk berbagai laporan yang kami keluarkan secara periodik (dan dapat dilihat langsung di situs TikTok).”
Saling jaga
Untuk menciptakan kreatifitas, platform ini terus berupaya untuk menyediakan ruang ekspresi yang aman dan nyaman bagi komunitas. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menggaungkan semangat untuk #SalingJaga.
“Mengatasi potensi bahaya yang terus berkembang setiap harinya merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan kerja sama banyak pihak. Itulah sebabnya kami mengajak sejumlah mitra dan kreator untuk berbagi praktik terbaik menghadapi misinformasi di ranah daring,” kata Anggini.
TikTok sebagai penyedia platform juga memiliki sejumlah fitur keamanan untuk melindungi pengguna dari misinformasi, sekaligus mengasah kemampuan mereka saat menyaring informasi dari konten unggahan pengguna di dalam platform.
Beberapa di antaranya adalah pelabelan akun dan konten, seperti akun ‘terverifikasi’ maupun konten yang dibuat dengan keterlibatan teknologi AI (Artificial Intelligence); Tag peringatan untuk menginformasikan pengguna bahwa konten yang mereka saksikan belum bisa dipastikan kebenarannya; fitur ‘Tidak Tertarik’ agar pengguna dapat memberikan sinyal kepada sistem rekomendasi TikTok untuk tidak merekomendasikan konten serupa.
Selain itu, ada fitur ‘Laporkan’ bagi pengguna jika ada potensi pelanggaran panduan komunitas di video yang disaksikan; serta Laman Sumber Daya Khusus, di mana TikTok bermitra dengan para ahli dan organisasi pemeriksa fakta di seluruh dunia untuk membantu menghubungkan pengguna dengan informasi kredibel dan otoritatif.
TikTok juga menggelar serangkaian lokakarya untuk mengedukasi komunitas dan para pemangku kepentingan tentang kebijakan, fitur keamanan, serta cara melawan misinformasi. “Kami percaya bahwa ekosistem digital yang sehat bisa tercipta jika kita bisa #SalingJaga untuk melawan misinformasi bersama-sama," katanya.