TECH

AI Diterapkan dalam Olahraga Lari, Akankah Menggantikan Pelatih?

Membuat program lari dengan AI punya tantangan tersendiri.

AI Diterapkan dalam Olahraga Lari, Akankah Menggantikan Pelatih?ilustrasi pelari menggunakan jam tangan lari/Dok. Garmin
30 July 2024

Jakarta, FORTUNE Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) terus merambah ke setiap aspek kehidupan, termasuk pelatihan Lari. Salah satu teknologi terbaru adalah Garmin’s Race Adaptive Training, sebuah program berbasis algoritma yang tersedia pada smartwatch Forerunner dan Fenix.

Program ini bertujuan membantu pelari mencapai tujuan perlombaan dengan cara yang aman dan terstruktur. Namun, apakah alat ini bisa benar-benar menggantikan program latihan yang dibuat pelatih manusia?

Garmin Race Adaptive Training adalah fitur yang diakses melalui Race Widget pada jam Garmin. Program ini menawarkan rekomendasi harian berdasarkan beban latihan, waktu pemulihan, dan kualitas tidur pengguna. Rencana latihan ini terdiri dari empat fase: Base Phase, Build Phase, Peak Phase, dan Tapering.

Pengguna juga bisa memasukkan data perlombaan yang akan diikuti dan tujuan waktu yang diinginkan, sehingga Garmin dapat menyesuaikan rencana latihan. Jeff Dengate dari Runner's World, media khusus dunia lari dan panduan Olahraga, mencoba program ini selama beberapa minggu dan merasakan perbedaan antara pelatih AI dengan pelatih manusia. Bagaimana hasilnya?

Bagaimana pelari dilatih oleh AI?

Jeff Dengate mencoba program pelatihan dari Garmin Race Adaptive Training. Dalam beberapa minggu pertama, ia mengaku mengalami kesulitan beradaptasi dengan rekomendasi Garmin.

"Program ini awalnya terasa terlalu konservatif, dengan jarak tempuh yang rendah dan kecepatan yang tidak sesuai harapan. Akibatnya, sering kali mengabaikan anjuran jam tangan dan melakukan latihan tambahan tanpa sepengetahuan Garmin," ujarnya, mengutip Runner's World, Selasa (30/7).

Pelatih lari legendaris Dr. Jack Daniels mengklasifikasikan atlet ke dalam lima tipe. Salah satunya adalah yang dia sebut "coach frustrater"—seseorang yang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki motivasi. Jeff sendiri awalnya tidak suka mengikuti aturan dan menerima arahan tersebut, ia tetap mengerjakan latihan tambahan dengan Apple Watch tanpa sepengetahuan Garmin—sang pencatat data latihan. 

"Tentu saja saya tidak memberikan 100 persen dalam latihan untuk mendapatkan setiap detik yang mungkin tercapai di hari perlombaan. Saya menikmati prosesnya, tapi saya menjalani hidup dan umumnya berlari sesuka hati saya—biasanya tidak mengikuti jadwal latihan yang terstruktur," ujarnya.

Selama latihan dengan dua smartwatch berbeda, justru ia mendapat perkiraan waktu untuk race yang kurang akurat karena kurangnya data. Seiring berjalannya waktu, algoritma Garmin mulai memberikan rekomendasi yang lebih sesuai dengan kemampuan Jeff. Ia pun mulai berkompromi dengan pelatihan terjadwal. Jarak tempuh dan intensitas latihan meningkat. Garmin juga memberikan gambaran latihan untuk tujuh hari ke depan, yang terus dikalibrasi ulang berdasarkan data harian.

Namun, ada kendala lain yang dihadapi, seperti perubahan latihan yang sering terjadi akibat pola tidur yang tidak teratur dan konsumsi alkohol yang mempengaruhi kualitas tidur. Meskipun demikian, dengan bantuan tim pengembangan produk Garmin, Jeff mulai memahami dan menghargai pentingnya pemulihan yang memadai.

Jadi, apakah AI mampu menggantikan pelatih manusia?

Sepanjang pengalaman Jeff, Garmin Race Adaptive Training membantunya mencapai tujuan. Ia meraih catatan waktu 2:57 di Osaka Marathon 2024, sesuai target yang diinginkan.

Akan tetapi, ada celah yang tak bisa diisi AI dalam program latihan. Pelari amatir atau pemula mungkin berpikir, panduan latihan dari smartwatch saja cukup, tidak perlu membayar ekstra untuk pelatih. Pikiran tersebut menurut Jeff perlu diluruskan.

"Meskipun alat ini sangat berguna bagi pelari amatir, tidak bisa dikatakan bahwa AI sepenuhnya menggantikan pelatih manusia. Ada banyak aspek pelatihan yang melibatkan interaksi dan penyesuaian yang tidak bisa ditiru oleh AI," katanya.

Bagi pelari yang mencari struktur tanpa terlalu banyak kekakuan, Garmin Race Adaptive Training mungkin bisa menjadi asisten yang sangat baik. Namun, pelatih AI tidak bisa mengetahui emosi dan kondisi pelari, serta kemampuan sebenarnya yang perlu digali.

"Jadi, meskipun AI belum bisa sepenuhnya menggantikan pelatih, alat ini memberikan dukungan yang sangat berharga bagi para pelari," ujarnya. Dengan menggabungkan kecerdasan buatan dan pengetahuan pelatih manusia, pengguna dapat mencapai hasil maksimal dari latihan mereka.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.