SpaceX Luncurkan 53 Satelit Starlink ke Orbit
Starlink diprediksi menjangkau daerah terpencil di dunia.
Jakarta, FORTUNE - SpaceX memperluas konstelasi satelit orbit rendah Bumi pada Sabtu, (13/11) dengan peluncuran 53 satelit Starlink dari Florida. Sebuah roket Falcon 9 lepas landas dari Cape Canaveral Space Force Station pada pukul 07.19 pagi EST dan meluncurkan satelit sekitar 16 menit setelah peluncuran.
Tahap pertama roket yang dapat digunakan kembali, yang telah digunakan untuk beberapa peluncuran, termasuk penerbangan uji awak pertama dari pesawat ruang angkasa SpaceX Crew Dragon, berhasil kembali dan mendarat di pesawat tak berawak “Just Read the Instructions” di Samudra Atlantik.
Diprediksi jaringan Starlink dapat menjangkau tempat terpencil di dunia
Starlink adalah sistem internet global berbasis satelit yang dibangun SpaceX selama bertahun-tahun. Tujuannya adalah menghadirkan akses internet ke daerah yang kurang terlayani. Saat ini percobaan menggunakan satelit untuk menjangkau daerah-daerah terpencil sudah dilakukan. Meskipun untuk menilai hasilnya masih perlu waktu.
Dilansir dari Japan Today, Senin (15/11) awal pekan lalu, perusahaan besutan Elon Musk itu meluncurkan empat astronaut ke Stasiun Luar Angkasa Internasional termasuk orang ke-600 yang mencapai luar angkasa dalam 60 tahun. Perlu 21 jam untuk penerbangan dari Kennedy Space Center NASA untuk mencapai pos terdepan. Kesuksesan ini menandai kelima kalinya perusahaan mengirim manusia ke luar angkasa.
Para astronaut menjadi emosional ketika mereka pertama kali melihat stasiun luar angkasa dari jarak 32 Km. Mereka menyebutnya sebagai pemandangan yang sangat indah. Tiga astronaut dari tujuh yang istimewa menyambut kru. Itu karena SpaceX membawa empat dari mereka kembali ke Bumi pada Senin (8/11), setelah peluncuran pengganti mereka terus tertunda.
Awak baru akan menghabiskan enam bulan ke depan di stasiun luar angkasa. Selama waktu itu, mereka menampung dua kelompok turis yang berkunjung.
Satelit Starlink SpaceX dapat digunakan untuk navigasi GPS
Peneliti teknik dari Ohio State University, Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa broadband internet satelit Starlink juga bisa berfungsi sebagai navigasi Global Positioning System (GPS).
Para peneliti melakukan triangulasi sinyal dari enam satelit Starlink untuk mendeteksi lokasi di Bumi dengan akurasi kurang dari 27 kaki atau 8 meter. Itu cukup sebanding dengan kemampuan GPS di ponsel, yang biasanya menunjukkan secara tepat tempat manusia di Bumi dalam jarak 16 kaki atau 4,9 meter, bergantung pada kondisinya.
"Kami mengambil sinyal (Starlink) dan merancang algoritma canggih untuk menentukan lokasi di Bumi. Sinyal Starlink bekerja sangat akurat," ujar Zak Kassas, penulis studi dari Pusat Penelitian Kendaraan Otomatis dengan Navigasi Multimodal Assured (CARMEN), Ohio State University.
Dilansir dari Space, Senin (15/11) para peneliti mengembangkan sistem navigasi Starlink tanpa bantuan dari SpaceX, atau akses apa pun melalui koneksi broadband, dari perusahaan milik Elon Musk tersebut.
"Meskipun Starlink tidak dirancang untuk tujuan navigasi, kami menunjukkan bahwa mungkin untuk mempelajari bagian-bagian dari sistem tersebut dengan cukup baik untuk menggunakannya sebagai navigasi," katanya.
Para peneliti menempatkan antena di kampus University of California, dalam upaya menemukan lokasi menggunakan Starlink. Eksperimen ini menempatkan perkiraan posisi antena, menggunakan sinyal Starlink, dalam jarak 25 kaki atau 7,7 m dari lokasi sebenarnya. Tim kemudian menemukan bahwa sinyal navigasi Starlink bekerja sangat akurat dibandingkan GPS yang sudah ada.