Pelaku Industri Ungkap Bahaya ChatGPT Untuk Serangan Siber
ChatGPT dapat digunakan membuat serangan phising.
Jakarta, FORTUNE – Para pelaku industri keamanan siber memiliki kekhawatiran bahwa ChatGPT dapat dimanfaatkan untuk tindakan jahat seperti membuat serangan siber. Seluruh pelaku bisnis pun lantas diminta mesti mewaspadai risiko dari teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Kekhawatiran tersebut salah satunya datang dari Palo Alto Networks. Perusahaan keamanan siber global itu menyatakan AI menyimpan risiko ancaman siber. Mereka menggarisbawahi bahwa AI merupakan teknologi yang dapat menawarkan peluang baru. Namun, pada saat bersamaan, teknologi sama juga dapat menimbulkan bentuk ancaman baru.
Pernyataan perusahaan tersebut berdasar atas demonstrasi dari aksi peretasan yajng berbasis AI-as-a-service dalam acara konferensi keamanan Black Hat dan Delcon. Di dalam presentasi tersebut, terungkap bahwa AI bisa membantu membuat email phising yang lebih baik, dan efektif ketimbang manusia.
Padahal, pembuat ChatPGT telah secara tegas menyatakan bahwa platformnya memiliki kemampuan untuk menolaj permintaan yang tidak etis. Sistem tersebut tampak memiliki pagar pembatas bawaan yang dirancang untuk mencegah segala jenis kegiatan kriminal.
Namun, dengan beberapa penyesuaian, AI tersebut dapat menghasilkan email phishing yang nyaris sempurna yang menyerupai pesan dari manusia
“Lanskap peretasan yang semakin cerdas dan canggih semakin mendorong pentingnya industri keamanan siber untuk memiliki sumber daya yang setara untuk melawan serangan bertenaga AI,” kata Vice President dan Regional Chief Security Officer Palo Alto Networks untuk Asia Pasifik & Jepang, Sean Duca, dalam rilis resmi, dikutip Kamis (6/4).
Dampak bagi bisnis
Seiring dengan perkembangan AI, menurut Duca, bisnis akan terus menghadapi tantangan dalam mengelola keamanan siber. Perusahaan pun mesti mengambil tindakan cerdas yang dapat menetralisir ancaman yang senantiasa berkembang.
Bahkan, serangan yang didukung AI dikatakan dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. “Maka, sektor bisnis, pemerintah, dan individu perlu mengandalkan teknologi yang sedang berkembang seperti AI dan machine learning untuk menghasilkan respons otomatis terhadap serangan-serangan tersebut,” ujarnya.
Apalagi, di Indonesia, kasus serangan siber merupakan permasalah utama, kata Duca. Dia mengutip data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang menyebutkan selama 2022 terdapat 976,42 juta aktivitas anomaly trafik. Selain itu, phishing diprediksi menjadi salah satu serangan yang marak terjadi pada.
Menurut Duca, perusahaan, umpamanya, perlu membangun tata kelola dan kerangka hukum yang aktif untuk mendorong penerapan AI yang aman dan andal. Di sisi lain, lanjutnya, perusahaan perlu membangun kepercayaan, transparansi, dan akuntabilitas dalam membangun keamanan siber.
Sebelumnya, Kaspersky juga menyebutkan bahwa AI bisa memicu peningkatan serangan siber. Perusahaan teknologi itu menyatakan hal itu dapat terjadi seiring praktik berbagi data yang semakin terkoneksi sehingga menimbulkan ancaman keamanan siber.
“AI seperti ChatGPT juga menunjukkan kemungkinan terobosan dan manfaat yang luar biasa ke semua industri dan fungsi bisnis. Namun, statistik kami Indonesia tahun lalu menegaskan bahwa adopsi teknologi canggih harus terus disertai dengan antisipasi dan respons yang tepat terhadap serangan siber,” kata Manajer Umum untuk Kaspersky Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong, dalam siaran pers, Senin (6/3).
Kaspersky mengeklaim sepanjang Januari sampai Desember 2022 telah memblokir 41,04 juta ancaman daring di Indonesia. Sedangkan, dari aspek keamanan dunia maya, Indonesia menempati peringkat ke-68 dalam soal bahaya terkait berselancar di jagat internet.