Tiga Senjata Utama Ukraina untuk Bertahan dari Agresi Rusia
Ada banyak faktor Ukraina masih bisa bertahan.
Jakarta, FORTUNE – Perang antara Rusia dan Ukraina tidak terasa telah berlangsung selama setahun. Ketika Presiden Rusia, Vladimir Putin, pertama kali memerintahkan pasukannya untuk menginvasi Ukraina tahun lalu, tidak sedikit pengamat yang beranggapan bahwa Rusia akan menang dengan mudah.
Namun, prediksi awal kemenangan Rusia itu belum menjadi nyata hingga hari ini. Para ahli menyebutkan beberapa faktor di balik Rusia yang gagal menundukkan Ukraina.
Di antara faktor itu adalah taktik militer Ukraina yang lebih unggul, dukungan moral terhadap Ukraina yang lebih tinggi, hingga bantuan persenjataan dari negara Barat untuk Ukraina.
Ukraina juga memiliki sejumlah senjata andalan untuk bertahan dari gempuran Rusia. Berikut daftar senjata kunci yang digunakan pasukan Ukraina untuk mengadang militer Rusia, sebagaimana dilansir dari CNN, Selasa (28/2).
1. Javelin
Pada masa awal perang, baik pasukan Ukraina maupun Rusia telah memprediksi bahwa Rusia hanya membutukan waktu beberapa hari untuk memasuki Kyiv, ibu kota Ukraina.
Pasukan Ukraina tentu membutuhkan suatu senjata yang dapat menumpulkan serangan tersebut. Mereka menemukan pun Javelin, senjata rudal anti-tank yang dapat dioperasikan oleh satu orang.
Pada praktiknya, senjata itu cukup mudah digunakan. Sang operator cukup menenteng senjata tersebut pada bahunya. Lantas, setelah sang operator menembakkan senjata tersebut, rudal di dalamnya bisa langsung meluncur. Pada jeda waktu setelah menembakkan tersebut, penembaknya dapat segera mencari perlindungan.
“Untuk menembak, penembak menempatkan kursor di atas target yang dipilih. Unit peluncuran komando Javelin kemudian mengirimkan sinyal lock-on-before-launch ke rudal,” demikian pernyataan perusahan sang pembuat Javelin, Lockheed Martin.
Secara politik, Javelin dianggap menguntungkan karena dapat diterima oleh negara lain.
“Biaya rendah dan penggunaannya yang defensif membuat mereka secara politis lebih mudah untuk disediakan oleh negara lain,” kata Michael Armstrong, seorang profesor di Brock University di Ontario. “Sebaliknya, pemerintah tidak setuju untuk mengirim senjata ofensif yang lebih mahal seperti pesawat tempur.”
2. Himars
Dalam nama versi angkatan darat Amerika Serikat, Himars ini merujuk kepada High Mobility Artillery Rocket System. Pasukan Ukraina pun turut menggunakan senjata tersebut untuk menggempur balik Rusia.
HIMARS adalah truk seberat 5 ton yang membawa pod yang dapat meluncurkan enam roket hampir secara bersamaan, mengirimkan hulu ledak eksplosif dengan sanggup melampaui garis depan medan perang, dan kemudian dengan cepat mengubah posisi untuk menghindari serangan balik.
“Jika Javelin adalah senjata ikonik pada fase awal perang, HIMARS adalah senjata ikonik pada fase selanjutnya,” ujar Mark Cancian, penasihat senior untuk Program Keamanan Internasional di Pusat Kajian Strategis dan Internasional.
Himars menembakkan amunisi yang disebut Guided Multiple Launch Rocket System (GMLRS) yang memiliki jangkauan 70–80 kilometer.
Menurut Yagil Henkin, seorang profesor di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Pertahanan Israel, serangan dari Himars memiliki dua efek utama. Ssenjata tersebut telah memaksa Rusia untuk memindahkan depot amunisinya lebih jauh ke belakang, yang berdampak pada daya tembak artileri Rusia yang berkurang.
Senjata tersebut juga menyulitkan Rusia untuk mengambil dukungan logistiknya.
3. Drone Bayraktar TB2
Lantaran digunakan secara masif oleh Ukraina, drone buatan Turki ini telah menjadi salah satu kendaraan tanpa awak paling terkenal di dunia.
Berdasar video yang beredar, tampak bahwa drone tersebut sanggup menghancurkan lapis baja, artileri, dan jalur pasokan Rusia dengan rudal, roket berpemandu laser, dan bom pintar yang dibawa pasukan Rusia.
Menurut laporan terbaru dari pemerintah Ukraina, drone TB2 kemungkinan tidak memiliki peran yang cukup besar dalam perang. Pasalnya, pasukan Rusia telah mencari cara untuk melawannya.
Meski demikian, senjata tersebut telah terbukti membantu terutama ketika posisi Ukraina sedang genting.