Walmart Bakal Terjun ke Metaverse, Merambah Bisnis NFT dan Kripto
Peritel raksasa AS itu sudah akrab dengan blockchain.
Jakarta, FORTUNE – Walmart tampaknya serius untuk merambah bisnis metaverse, ruang virtual tanpa batas di internet. Raksasa ritel Amerika Serikat (AS) tersebut pada akhir tahun lalu telah mengajukan sejumlah merek dagang baru ke Kantor Paten dan Merek Dagang AS.
Walmart mengajukan tujuh proposal hak paten, termasuk tiga di bawah divisi periklanan “Walmart Connect”.
Pengajuan tersebut mencakup rencana untuk membuat dan menjual barang virtual, seperti barang elektronik, mainan, peralatan, pakaian, dan dekorasi rumah. Mereka juga menyebut bakal menawarkan mata uang digital dan token digital kepada pelanggan serta peluang untuk membeli dan menjual NFT (non-fungible token).
Dalam pengajuan terpisah, Walmart juga memerinci kemungkinan “layanan pelatihan kebugaran fisik” dan “kelas di bidang kesehatan dan nutrisi” yang dapat berlangsung di ruang augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).
Pengalaman belanja virtual
Tak hanya itu, Walmart turut mengajukan merek dagang untuk jenama "Verse to Home," "Verse to Curb," dan "Verse to Store,"— yang merupakan petunjuk bahwa peritel itu mungkin sedang mempersiapkan pengalaman belanja virtual.
“Walmart terus mengeksplorasi bagaimana teknologi yang muncul dapat membentuk pengalaman berbelanja di masa depan,” kata Juru Bicara Walmart Carrie McKnight kepada The Verge, Minggu (16/1). “Kami tidak memiliki apa-apa lagi untuk dibagikan hari ini, tetapi perlu dicatat bahwa kami secara rutin mengajukan aplikasi merek dagang sebagai bagian dari proses inovasi.”
Walmart akrab dengan teknologi blockchain
Mengutip artikel dari Coin Telegraph, pengajuan merek dagang barang-barang ini merupakan peristiwa baru yang menunjukkan minat Walmart terhadap Metaverse. Pada Agustus 2021, raksasa ritel itu juga sempat membuka lowongan pekerjaan untuk mata uang digital dan kripto.
Walmart juga telah bermitra dengan perusahaan ATM crypto Coinstar dan pertukaran crypto-cash Coinme untuk memasang 200 ATM Bitcoin di tokonya di seluruh AS.
Perseroan juga sudah menggunakan teknologi blockchain untuk manajemen rantai pasokan, pasar pelanggan, dan peralatan pintar sejak 2018.
Menurut data dari Digital Commerce 360, pada kuartal ketiga tahun lalu, Walmart beroleh penjualan sebesar US$11,1 miliar atau setara Rp158,18 triliun (asumsi kurs Rp14.250). Kapitalisasi pasarnya lebih dari US$406 miliar atau senilai Rp5.785 triliun.
Berbagai ritel yang memasuki metaverse
Walmart sepertinya bakal juga menambah daftar peritel yang berambisi memasuki metaverse. Nike, jenama sepatu ternama dan terpopuler di dunia, juga telah mendaftarkan trademark barunya untuk sneakers dan apparel virtual. Nike menegaskan langkah untuk mengembangkan jenama mereka ke dalam metaverse dengan meluncurkan NIKELAND.
Sementara itu, sejumlah peritel lain merilis aset NFT. Gap, jenama fesyen AS, meluncurkan NFT dalam bentuk hoodie ikonik mereka. Sebelum GAP, sejumlah jenama mewah juga telah berlaku demikian, seperti Gucci dan Louis Vuitton.
Menurut analis dari Morgan Stanley, perusahaan bank investasi dan jasa keuangan multinasional AS, metaverse dapat menghadirkan peluang US$8 triliun atau sekitar Rp114.000 triliun bagi peritel. Sedangkan, menurut kalkulasi dari Bloomberg, potensi metaverse mencapai US$800 miliar.
Berdasarkan laporan dari CB Insights pada 2021, alasan utama peritel merambah bisnis metaverse termasuk NFT karena menawarkan sumber pendapatan baru bagi mereka, dapat mendukung pengecekan atau otentikasi barang digital, dan biaya transaksi belanja daring yang lebih murah.