TECH

HashMicro, The Next Big Thing dalam Industri IT dari Indonesia

Dari door to door hingga jadi market leader

HashMicro, The Next Big Thing dalam Industri IT dari IndonesiaHashMicro, perusahaan pengembang enterprise resource planning (ERP) di Indonesia. (dok. HashMicro)
24 July 2024

Jakarta, FORTUNE – Membicarakan perkembangan industri teknologi Indonesia tidak bisa lepas dari HashMicro, perusahaan pengembang enterprise resource planning (ERP) di Indonesia. Perusahaan yang berdiri di Singapura satu dekade lalu, kini menjadi topik hangat setelah ekspansi masif ke dua negara kawasan Asia Tenggara dalam satu tahun. 

Dengan rekam jejak luar biasa dalam hal inovasi, perluasan pasar, dan talent capacity, perlahan tapi pasti, HashMicro konsisten hadir sebagai the next big thing yang lahir dari kecerdasan anak bangsa Indonesia. 

Sebelum menjadi perusahaan teknologi dengan pertumbuhan hingga 100 persen setiap tahunnya, HashMicro lahir dari usaha dua orang Indonesia dengan usaha membangun industri teknologi berskala global. HashMicro didirikan oleh Ricky Halim dan Lusiana Lu ketika mereka menyelesaikan studi di Singapura. Melihat potensi enterprise solution dan masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh provider yang tersedia saat itu, mereka mulai melakukan riset mendalam mengenai lanskap bisnis Asia dan memprogram software ERP yang sesuai dengan kebutuhan pasar tersebut. 

Sebagai perusahaan rintisan pada umumnya, tidak banyak resource yang dapat dimanfaatkan oleh pendiri HashMicro selain ketekunan dan keahlian pemrograman dan manajemen bisnis. Semua harus dilakukan sendiri, mulai dari proses R&D dan penjualan. 

“Proses HashMicro untuk mendapatkan proyek pertamanya sangat panjang. Kami harus melakukan door to door sales dan mengedukasi perusahaan-perusahan tersebut tentang pentingnya software ERP,” kenang Lusiana. 

Ya, proses bisnis yang umumnya masih tradisional menjadi tantangan terberat HashMicro pada saat itu. Berkat pengembangan produk yang berangkat dari efisiensi dan mengutamakan UI/UX yang sesuai dengan kultur bisnis Asia membuat produk HashMicro mudah diterima oleh kalangan pebisnis Singapura pada saat itu. 

Besar karena bootstrapping

Lusiana Lu, salah satu pendiri HashMicro. (dok. HashMicro)

Setelah tiga tahun HashMicro berhasil mendominasi Singapura dengan menggaet perusahaan multinasional ternama, HashMicro memperluas operasionalnya di negara asal kedua founder-nya, Indonesia. Tak berselang lama, perkembangan HashMicro kembali menjadi perbincangan hangat di industri teknologi Indonesia, karena posisinya yang seolah melawan arus.

Di tahun 2018, perusahaan rintisan di bidang teknologi sedang menjamur, dipupuk dengan mudahnya mendapat pendanaan dari investor kala itu. HashMicro pun menjadi lirikan banyak venture capitalist ketika menjajaki pasar Indonesia. Alih-alih mencari kucuran dana untuk fokus mendatangkan banyak traksi lewat strategi marketing bombastis, HashMicro memilih untuk bootstrapping atau mengembangkan perusahaan secara mandiri. 

“Kami sangat menyambut baik tawaran dari VC pada saat itu. Tetapi, karena saat itu HashMicro sudah memiliki produk dan model bisnisnya yang cukup matang, kami ingin fokus membangun bisnis yang sustainable. Untuk bisa ke sana, selain harus intense dalam penjualan, ada proses R&D yang menjadi prioritas utama kami pada saat itu,” jelas Lusiana. 

Tetap mengakar pada prinsip efisiensi, HashMicro berhasil membuktikan bahwa tanpa pendanaan eksternal pun perusahaan teknologi bisa terus berjalan. Alokasi resource yang tepat dan reinvestasi membuat perusahaan ini dapat melewati critical time start-up (5 tahun) dan terus menghasilkan profit. 

Pertumbuhan dan ekspansi

(dok. HashMicro)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.