Jakarta, FORTUNE - Kasus pembobolan rekening yang melibatkan mantan karyawan PT Bank Jago Tbk (ARTO) baru-baru ini mengejutkan publik dan industri Perbankan. Pada 5 September 2019, Polda Metro Jaya mengungkapkan bahwa IA, mantan contact center specialist bank digital tersebut, berhasil membobol 112 rekening nasabah dengan total kerugian mencapai Rp 1,39 miliar.
Tersangka IA, yang sebelumnya bertugas sebagai spesialis pusat kontak, memanfaatkan posisinya untuk membuka blokir rekening yang telah diblokir oleh aparat penegak hukum (APH) karena indikasi tindak pidana. Dengan memanipulasi proses buka blokir dan memanfaatkan kewenangannya, IA dapat mengakses dana yang seharusnya tidak lagi tersedia.
Ini pengertian dari fraud di perbankan
Fenomena Fraud di sektor perbankan semakin marak, menunjukkan betapa rentannya sistem keuangan terhadap tindakan kriminal. Perbankan, sebagai industri yang memegang kendali atas dana nasabah, menjadi sasaran empuk bagi para pelaku kejahatan yang mencari keuntungan cepat melalui cara ilegal.
Dalam konteks ini, penting bagi lembaga keuangan untuk mengadopsi strategi pencegahan fraud yang komprehensif. Teknologi keamanan canggih, autentikasi multi-faktor, pemantauan transaksi mencurigakan, edukasi nasabah, dan kerjasama dengan otoritas keuangan adalah langkah-langkah krusial yang perlu diimplementasikan.
Artikel ini akan membahas cara mencegah fraud di industri perbankan dan peran teknologi automation (RPA) dalam menjaga keamanan sistem perbankan. Lalu, apa itu fraud di dunia perbankan?
Fraud perbankan merujuk pada aktivitas ilegal yang bertujuan memperoleh keuntungan finansial melalui manipulasi atau penyalahgunaan sistem perbankan. Hal ini sering kali melibatkan penggunaan informasi palsu, penipuan, atau pencurian identitas untuk mencuri dana dari akun bank atau melakukan transaksi tanpa izin.
Contoh umum dari fraud perbankan meliputi skimming kartu ATM, phishing, pencurian identitas, dan penipuan yang dilakukan oleh karyawan bank itu sendiri.
Cara mengatasi fraud di industri perbankan
- Gunakan teknologi keamanan yang mutakir dan canggih
Untuk melindungi data nasabah, penting bagi bank untuk mengimplementasikan teknologi keamanan mutakhir, termasuk antivirus, deteksi virus, sistem deteksi intrusi, dan alat pemantauan jaringan. Enkripsi data nasabah juga krusial untuk menjaga informasi sensitif tetap aman. Selain itu, penggunaan firewall dapat mencegah akses tidak sah ke jaringan internal bank.
- Penggunaan Autentikasi Multi-Faktor (MFA)
Autentikasi Multi-Faktor (MFA) memperkuat keamanan dengan membutuhkan lebih dari satu bentuk bukti identitas sebelum memberikan akses data. Contohnya termasuk kombinasi password, OTP, serta verifikasi biometrik seperti sidik jari atau pengenalan wajah.
- Pantau transaksi mencurigakan
Pemantauan transaksi secara real-time dengan bantuan algoritma dan kecerdasan buatan (AI) membantu mengidentifikasi aktivitas mencurigakan dengan cepat. Ini memungkinkan bank untuk merespons ancaman lebih efektif dan mencegah potensi fraud.
- Edukasi nasabah secara rutin
Edukasi nasabah mengenai tindakan pencegahan keamanan dan modus penipuan umum dapat meningkatkan kesadaran mereka terhadap potensi risiko dan cara menghindarinya. Adanya edukasi ini menunjukkan bahwa perbankan sangat memperhatikan keselamatan nasabahnya.
- Kerja sama dengan Otoritas Keuangan
Kerjasama dengan otoritas keamanan keuangan penting untuk memastikan kepatuhan regulasi, meningkatkan respons terhadap insiden, dan berbagi informasi intelijen tentang ancaman keamanan. Kerja sama dengan pihak berwenang di bidang keamanan ini dapat meningkatkan kapasitas lembaga perbankan untuk menghadapi dan mencegah ancaman dari luar.
Dengan strategi pencegahan yang tepat dan adopsi teknologi canggih, industri perbankan dapat lebih efektif melindungi keamanan dan kerahasiaan data nasabah, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan.