Potensi Geothermal RI Capai 24 Gigawatt, Baru Dimanfaatkan 10%
Ecolab dirikan pusat keunggulan geothermal di RI.
Jakarta, FORTUNE - Indonesia memiliki potensi geotermal terbesar di dunia, diperkirakan mencapai 24 gigawatt (GW), namun hanya sekitar 10 persen dari kapasitas yang saat ini dimanfaatkan. Hal itu terungkap dalam seminar tahunan Neo for Geo dengan tema “Keunggulan Proses Geotermal untuk Mencapai Efisiensi Sistem yang Lebih Baik”.
General Secretary Asosiasi Panasbumi Indonesia (API-INAGA), Riza Pasikki menjelaskan, untuk mengoptimalkan potensi besar ini, diperlukan pengembangan teknologi inovatif guna memaksimalkan penggunaan energi Geothermal yang ramah lingkungan.
"Dengan target menambah 3.000 MW pada tahun 2030, artinya kita harus menambah 500 MW setiap tahun. Meskipun ada risiko dari skala pengembangan yang agresif, pengembangan sumber daya geotermal entalpi rendah-menengah di Indonesia adalah suatu keharusan," kata Riza melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Senin (29/7).
Seminar ini juga menekankan pentingnya solusi holistik dan kolaborasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih terjangkau dan berkelanjutan dalam generasi daya geotermal.
Teknologi dan proses yang disampaikan termasuk pengelolaan air dan sistem pendinginan terkini yang dirancang untuk membantu mengurangi konsumsi air hingga 30 persen, mengurangi emisi karbon dan memperpanjang umur operasional peralatan geotermal.
Ecolab dirikan pusat keunggulan geothermal di RI
Untuk itu, dalam mewujudkan upaya tersebut memerlukan dukungan dari perusahaan teknologi seperti Ecolab dalam pengelolaan yang efektif.
"Kami menghargai upaya pemerintah namun menyadari perlunya kolaborasi dan sumber daya yang lebih baik dari semua pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan energi terbarukan. Advokasi berkelanjutan dan peningkatan rantai pasokan sangat penting, dan kami berharap Ecolab dapat mendukung penyediaan konten lokal (TKDN) sebagai ketentuan yang diperlukan oleh pemerintah," kata Riza.
Sementara itu, Chandra Marimuthu selaku VP & GM, Heavy Industry, Ecolab Asia Tenggara, menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk mendukung pertumbuhan industri geotermal di Asia Tenggara. Upaya itu dilakulan dengan mendirikan pusat keunggulan geothermal (geothermal excellence center) di Indonesia.
"Mendirikan pusat keunggulan geothermal di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat inovasi, penelitian, dan kolaborasi, dalam mengatasi tantangan industri di Indonesia, Jepang, Selandia Baru, dan Filipina," ujar Chandra.
Sementara itu, President Director Ecolab Indonesia, Evan Jayawiyanto menegaskan, Industri geotermal di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara siap untuk pertumbuhan signifikan, dengan harapan melipatgandakan kapasitasnya.
"Pertumbuhan ini sangat penting dalam konteks transisi energi saat ini, dan kami berusaha untuk terus bermitra dengan para pelanggan kami untuk meningkatkan peluang operasional dan pertumbuhan di industri geotermal. Inovasi akan menjadi kunci dalam mendorong kemajuan sektor geotermal," kata Evan.
Urgensi pembangkit listrik geothermal
Salah satu pembicara ahli, Prof. Sadiq J. Zarrouk, PhD., Associate Professor dan Co-Director dari Geothermal Institute di University of Auckland, menyoroti peningkatan penggunaan pembangkit listrik teknologi binary untuk produksi listrik dari reservoir geotermal entalpi rendah dan tinggi (low- and high- enthalpy).
Beliau menekankan, pembangkit listrik teknologi binary harus terus dioptimalkan untuk mengekstrak sebanyak mungkin energi dari fluida geotermal untuk generasi daya maksimal.
"Kontrol dan pengelolaan akumulasi kerak mineral menjadi sangat penting. Sementara industri telah menggunakan teknologi modifikasi pH fluida geotermal selama lebih dari 20 tahun untuk mengontrol penumpukan mineral, hal ini menyebabkan efektivitas yang terbatas dan dapat menyebabkan korosi," kata Zarrouk.
Ia juga menambahkan bahwa pengujian dalam skala kecil (on-site side stream testing) dengan inhibitor yang tepat adalah kunci terbaik untuk mengontrol akumulasi kerak, memungkinkan kelangsungan operasi pembangkit teknologi binary dengan gangguan minimal dan tanpa mempengaruhi umur operasional dari alat penukar panas (heat exchangers), yang diungkapkan dalam salah satu sesi presentasi teknisnya.