BKPM Ungkap Sejumlah Tantangan Investasi Berkelanjutan, Apa Saja?
Investasi berkelanjutan masih potensial.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM RI, Rosan P. Roeslani, optimistis target pertumbuhan ekonomi 8 persen (yoy) yang dicanangkan Presiden Prabowo dalam periode kepemimpinannya dapat tercapai. Ia menegaskan peran investasi menjadi sangat signifikan. Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi terbesar saat ini didorong dari konsumsi domestik sekitar 53-54 persen. Kedua investasi sekitar 24-25 persen, belanja pemerintah 8-9 persen, dan net export 2 persen.
"Dalam lima tahun ke depan pada 2025-2029, investasi yang masuk diharapkan mencapai Rp13.005 triliun. Kalau dilihat sepuluh tahun terakhir investasi yang masuk Rp9 ribu triliun," ujarnya, dalam diskusi bertajuk “Investasi Berkelanjutan Untuk Dukung Pertumbuhan Ekonomi” pada acara Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times, yang diadakan di kantor pusat IDN di Jakarta, Rabu (15/1).
Meskipun demikian, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam investasi di Indonesia. Pertama, masih adanya ketidakpastian hukum. "Banyak investasi masuk di daerah, bukan Jakarta. Kadang ada overplapping kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Mereka datang investasi persyaratannya abcd, ketika sampai di daerah bisa efghijk, dan itu pe er kita terbesar," katanya.
Kedua, masalah talenta atau human capital. Menurutnya, perlu peningkatan kapasitas SDM agar sejalan dengan perubahan teknologi dan perkembangan zaman. Ketiga, dari sisi perpajakan."Terakhir, dari faktor biaya logistik. Indonesia salah satu yang cost logistiknya tertinggi di ASEAN. Kurang lebih masih 23-24 persen dari total produksi," ujarnya.
Meneropong peluang investasi
Roslan mengatakan, pemerintah sudah memetakan persoalan tersebut. "Kami sudah memetakan dan berupaya mengakselerasi solusinya agar target investasi dapat tercapai," katanya.
Menanggapi hal itu, CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy, mengamini upaya pemerintah agar peluang investasi bisa kian terbuka. Lebih lanjut, ia menyampaikan perusahaannya akan berfokus mengedepankan pertambangan berkelanjutan di tahun ini.
"Saya rasa outlook dari mining selalu jangka panjang, tapi untuk 2025 masih tetap sama story-nya. Kan climate changes (perubahaan iklim) meng-create peluang luar biasa sebenarnya, walau pun itu menjadi tantangan luar biasa bagi kehidupan manusia," kata Febriany.
Febriany menyatakan bahwa transisi energi diperlukan untuk mengatasi isu perubahan iklim sekaligus menciptakan permintaan yang sangat tinggi terhadap mineral-mineral kritis. Menurutnya, hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia, karena selain memiliki cadangan batu bara, negara ini juga kaya akan mineral kritis seperti nikel, tembaga, dan lainnya.
"Harapan kita sekarang lagi embarging investment program yang besar, jadi US$9 miliar , sekitar tiga kali lipat size kita sendiri. Tapi kita ini partnership, gak mungkin kita sendiri pasti dengan mitra," katanya.
Roderick Purwana, Managing Partner East Ventures, melihat investasi dari modal ventura juga berpeluang meningkat. Pada 2025 arahnya lebih positif, tech winter mulai mencair.
"Ada kesempatan perusahaan dapat dana lebih. Yang diperlukan adalah transparansi dan kepastian hukum. Dari sisi pemerintah perlu insentif terhadap regulasi yang dijalankan. Harusnya itu bisa sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan investasi berkelanjutan," katanya.